PALEMBANG, oborsumatra.com – Kanker paru-paru merupakan satu jenis kanker dengan angka kematian tertinggi, di antara seluruh kanker. Pasalnya, kanker paru pada stadium awal sulit terdeteksi karena tidak menimbulkan gejala yang spesifik sehingga sering kali ditemukan pada stadium akhir.
Berdasarkan laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) yang dirilis pada Maret 2021, jumlah kasus kanker baru di Indonesia mencapai 396.914 kasus dengan angka kematian mencapai 234.511 orang.
Dari jumlah tersebut, kanker paru-paru menjadi penyumbang kematian tertinggi yakni mencapai 30.843 orang (13,2%), dengan jumlah kasus baru sebesar 34.783. Artinya lebih dari 88% pasien kanker paru-paru, tidak bisa terselamatkan.
Meskipun belum ada jenis pengobatan tunggal yang bisa diberikan untuk mengobati kanker, tetapi dengan teknologi yang kian canggih, berbagai perawatan baru yang dilengkapi dengan pendekatan holistic terus berkembang sehingga kesempatan sembuh dan harapan hidup para pasien kanker terus meningkat.
Dr. Wong Siew Wei Senior Consultant Medical Oncology dari Parkway Cancer Centre menjelaskan kanker paru-paru mengacu pada pertumbuhan sel yang tidak terkendali yang melapisi saluran udara di paru-paru.
Ada 2 jenis utama kanker paru-paru primer yakni kanker paru-paru non sel kecil (NSCLC) dan kanker paru-paru sel kecil (SCLC). Dari seluruk kanker paru-paru yang ditemukan, sekitar 80-85% kanker paru adalah NSCLC.
Menurut Dr. Wong Siew Wei merokok merupakan faktor risiko terbesar untuk kanker paru-paru. Risiko kanker paru seumur hidup pada perokok berat adalah 30%. Meski demikian seseorang yang tidak merokok juga bisa terkena kanker paru-paru.
Risiko ini muncul karena seseorang yang sering terpapar asap rokok (perokok pasif), terpapar bahan kimia tertentu, mulai dari polusi udara, asbes, asap diesel, asap batu bara, termasuk adanya riwayat kanker paru-paru dalam keluarga.
“Di Negara Asia, mungkin 45% kasus kanker paru-paru tidak memiliki riwayat merokok. Namun merokok tetap menjadi penyebab terbesar dari kanker paru-paru,” jelasnya.
Karena itulah penting bagi masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat untuk terhindar dari risiko kanker seperti melakukan aktivitas fisik, tidak merokok, kurangi alcohol, terkena paparan sinar matahari aman, dan melakukan diet sehat.
Dr. Wong Siew Wei mengatakan kanker paru-paru dini memang cenderung tidak menimbulkan gejala. Kadang-kadang, itu bisa diambil sebagai bayangan kecil di dada Xray karena alasan lain. Pada banyak kasus, kanker paru-paru yang terdiagnosis biasanya sudah memasuki stadium lanjut.
Salah satu gejala yang khas dari kanker paru adalah batuk berdarah. Selain itu ada beberapa gejala lainnya, termasuk:
• Batuk terus-menerus
• Infeksi paru berulang
• Batuk darah
• Sakit dada
• Sesak napas
• Suara serak
• Penurunan berat badan yang tidak diinginkan
• Kehilangan selera makan
• Kelelahan
• Sakit tulang
• Pembengkakan kelenjar getah bening
• Sakit kepala, kebingungan, kelemahan fokal, perubahan visual
Namun sebagian gejala di atas tidak spesifik untuk kanker paru-paru dan lebih sering dijelaskan oleh penyebab non kanker. Berbeda dengan kanker lainnya seperti kanker payudara, kanker serviks, maupun kanker usus besar yang lebih mudah terdeteksi sejak dini karena gejalanya yang khas.
Meski demikian, dia menyarankan siapapun yang mengalami gejala di atas harus segera berkonsultasi dengan dokter. “Saat sudah batuk berdarah maka itu [sel kanker] sudah masuk ke saluran darah. Ketika kita menunggu adanya gejala baru ketemu dokter maka biasanya kanker sudah masuk stadium lanjut,” jelasnya.
Karena itulah sebelum terlambat, perlu adanya skrining dan uji klinis besar dari computed tomography (LDCT) dosis rendah, pada perokok dan perokok baru dengan riwayat merokok setidaknya 30 bungkus per tahun untuk mengetahui adanya sel kanker paru di dalam tubuh seseorang
“Dengan melakukan skrining awal menunjukkan penurunan 20-26% dalam mortalitas kanker paru-paru pada kelompok berisiko. Strategi skrining hanya untuk perokok aktif, dan belum ada rekomendasi untuk perokok pasif,” jelasnya.
Dokter Wong mengatakan meskipun kanker paru-paru menjadi kanker dengan jumlah kematian tertinggi tetapi harapan pasien untuk sembuh, baik di stadium 1 bahkan hingga stadium 4 sekalipun, masih tetap ada.
Karena itulah dia menyarankan pasien kanker untuk tidak perlu takut mendatangi klinik kanker. Deteksi dini memungkinkan kesempatan terbaik untuk sembuh. Bahkan kanker stadium awal memiliki risiko kambuh tetapi dengan strategi pengobatan baru maka kesempatan sembuh akan lebih besar.
“Pasien kanker paru-paru masih punya kesempatan untuk bisa sembuh total, asalkan dapat segera ditangani dengan terapi dan pengobatan yang tepat. Apalagi saat ini sudah ada berbagai jenis strategi dan pengobatan terbaru untuk proses penyembuhan kanker,” jelasnya.