JAKARTA, oborsumatra.com – Dengan munculnya varian baru dan ketersediaan massal vaksin COVID, virus SARs-CoV-2 tidak hanya berkembang dalam hal tingkat keparahan, tetapi juga berubah terkait dengan gejalanya.
Pasalnya, sub-varian yang dikenal sebagai XBB.1.5 alias Kraken ini mulai menimbulkan kekhawatiran karena dapat menyebar dan menular lebih cepat dibanding subvarian lainnya.
Meski, sub-varian ini belum ditemukan di Indonesia. Namun, varian yang kerap disebut Kraken ini diyakini sulit dihindari, terutama provinsi atau kota yang memiliki jalur penerbangan internasional. Ditambah lagi, virus varian ini telah terdeteksi di puluhan negara di seluruh dunia.
Subvarian Kraken merupakan virus yang muncul dari dua versi Omicron sebelumnya, yakni BA.2.10.1 dan BA.2.75.
Virus ini dikenal sebagai XBB.1.5 atau dalam istilah tidak resmi disebut Kraken, yang diambil dari nama monster laut dalam mitologi rakyat Skandinavia, di mana varian ini tengah menjadi perhatian global, sebab sejauh ini varian Kraken-lah yang paling menular dibanding virus lainnya.
Awalnya, Covid-19 sering ditandai dengan gejala seperti demam, batuk, kelelahan, dan kehilangan indra penciuman dan perasa, masyarakat juga harus menghadapi komplikasi serius seperti sesak napas, nyeri dada, dan kadar oksigen darah yang rendah.
Namun, dengan makin bermutasinya virus ini bahkan sub varian terbaru XBB.1.5 alias Kraken ini telah menjadi ‘jenis Covid-19 yang paling mudah menular’, membuat banyak masyarakat kebingungan untuk membedakan mana Covid-19 mana gejala pilek biasa.
Gejala Kraken lebih ‘mirip pilek’ daripada mirip flu
Pimpinan teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan bahwa XBB.1.5 adalah “sub-varian yang paling menular yang telah terdeteksi punya gejala yang lebih mirip pilekdibanding flu.
Biasanya, ketika orang mengalami pilek, sering kali kita semua langsung bilang bahwa seseorang sedang flu. Padahal, keduanya bisa jadi kondisi yang berbeda. Batuk pilek biasa tidak berarti Anda pasti kena flu, meskipun saat kena influenza Anda biasanya mengalami batuk dan pilek.
Perbedaan paling mendasar dari pilek biasa dan flu adalah penyebab. Salah satu penyebab batuk pilek yang umum adalah infeksi virus jenis rhinovirus.
Apabila pilek terjadi karena adanya infeksi rhinovirus, kondisi ini disebut penyakit selesma atau common cold.
Tak hanya itu, pilek sebenarnya adalah gejala yang bisa saja disebabkan oleh penyakit atau kondisi kesehatan lain.
Menurut situs American College of Allergy, Asthma, and Immunology, beberapa penyebab munculnya gejala pilek adalah, udara dingin atau kering, alergi, rhinitis non-alergi, sinusitis akut atau kronis, perubahan hormon tubuh, dan obat-obatan tertentu.
Sementara itu, penyebab flu sudah pasti virus influenza. Flu umumnya tidak disebabkan oleh kondisi kesehatan lain, seperti pilek, selain virus itu sendiri.
Virus ini menyerang sistem pernapasan keseluruhan, mulai dari hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
Jadi bagaimana cara mengetahui apakah Anda menderita Covid-19 atau pilek?
Pilek dan Covid-19 adalah infeksi pernapasan yang menyebar dari orang ke orang melalui tetesan yang keluar dari hidung dan mulut. Tetapi sangat penting bagi Anda untuk mengetahui bahwa kedua infeksi itu berbeda.
Saat ini, gejala seperti sakit tenggorokan, pilek, sakit kepala, sakit badan dikatakan sebagai beberapa gejala paling umum dari varian XBB.1.5, yang juga mirip dengan gejala flu biasa.
Namun, meskipun Covid-19 disebabkan oleh virus SAR-CoV-2, pilek dapat terjadi karena empat jenis virus corona – rhinovirus adalah yang paling umum.
Dibandingkan dengan Covid-19, flu biasa memiliki potensi masa inkubasi yang lebih pendek, menyebabkan gejala spesifik dan memiliki risiko komplikasi dan kematian yang lebih rendah.
Jika Anda memiliki gejala yang menyerupai pilek atau COVID-19, cara terbaik untuk membedakannya adalah dengan melakukan tes COVID. Jika gejala Anda bertahan selama lebih dari 2-3 hari, penting bagi Anda untuk melakukan tes diagnostik Covid-19 untuk mendapatkan hasil yang akurat. Anda dapat memilih untuk mendapatkan tes RT-PCR atau tes antigen cepat.
Isolasi adalah kuncinya
Baik Covid-19 maupun pilek dapat menular. Meskipun demikian, terlepas dari apakah Anda mengidap COVID atau tidak, jika Anda memiliki gejala, isolasi adalah kuncinya.
Menurut pedoman Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diperbarui, periode isolasi telah dikurangi menjadi 10 hari sejak tanggal timbulnya gejala. Selanjutnya, jika pasien Covid-19 dinyatakan negatif pada tes cepat berbasis antigen, mereka dapat dipulangkan sebelum masa isolasi.
Selain itu, bagi mereka yang dinyatakan positif Covid-19 tetapi tidak memiliki tanda atau gejala apa pun, disarankan untuk melakukan isolasi selama 5 hari (jika tidak ada pengujian).
Bagaimana cara mengurangi risiko infeksi pernapasan?
Di tengah varian Covid-19 baru yang muncul, mematuhi perilaku yang sesuai dengan Covid-19 sangatlah penting.
Mengenakan masker, menjaga jarak sosial, dan mengikuti kebersihan tangan yang benar adalah langkah penting untuk mengekang penyebaran infeksi. Para ahli juga merekomendasikan menerima vaksin dan suntikan biovalent vaccine untuk melawan virus.