Kayuagung, OBORNUSANTARA – Kerbau Pampangan, hewan ikonik yang menjadi kebanggaan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), kini berada di ambang kepunahan. Ancaman penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau yang lebih dikenal dengan penyakit Ngorok, menjadi momok menakutkan bagi populasi kerbau ini.
Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKI tidak tinggal diam. Bersama Medik Veteriner, UPTD Puskeswan, serta DPC Paravetindo Kabupaten OKI, mereka menggelar Sosialisasi Kegiatan Aksi Perubahan dalam Rangka Pelestarian Kerbau Pampangan melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), serta melakukan kick off Vaksinasi SE Tahun 2024.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI, Dedy Kurniawan, S.STP, M. Si, mengungkapkan bahwa Inseminasi Buatan (IB) dan Transfer Embrio (TE) menjadi salah satu solusi utama dalam upaya pelestarian Kerbau Pampangan.
“Setidaknya Inseminasi Buatan dan Transfer Embrio terutama Untuk Kerbau Pampangan menjadi salah satu jalan keluar dalam melestarikan Kerbau Pampangan,” ujar Dedy pada Selasa (17/9).
Dedy juga menekankan pentingnya dukungan UPTD Perbibitan dan Hijauan Pakan Ternak dalam program pelestarian ini. “Untuk UPTD Perbibitan, Dinas Perkebunan dan Peternakan Sudah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) untuk pendirian ini,” terangnya.
Dokter hewan Wahyu Tri Utomo memaparkan tujuh ancaman utama yang dihadapi Kerbau Pampangan. Ancaman terbesar datang dari wabah penyakit hewan menular strategis yang bersifat cepat dan fatal, seperti SE atau Ngorok.
Data menunjukkan angka kesakitan SE mencapai 41,25%, dengan angka kematian 7,4%. Sementara itu, angka kelahiran Kerbau Pampangan hanya 9,75%. “Dari populasi sebanyak 9.342 ekor Tahun 2024 diperkirakan turun menjadi 454 ekor pada tahun 2030. Antara lain karena pengaruh Cuaca Ekstrim, Kemarau Panjang, Curah Hujan dan kelembapan Tinggi,” jelas Tri.
Lebih dari 70% habitat Kerbau Pampangan berada di perairan lebak pasang surut yang saling terhubung. Hal ini membuat manajemen penanganan penyakit menjadi sangat krusial. Efektivitas hasil karantina, pengobatan, serta ketersediaan sumber pakan dan air minum yang steril harus dijaga dengan baik.
“Penting juga memanajemen penanganan bangkai di tengah lebak pasang surut,” tambah Tri.
Kegiatan vaksinasi SE menjadi salah satu langkah konkret dalam melindungi Kerbau Pampangan dari ancaman penyakit. Vaksinasi ini dilaksanakan di beberapa desa, antara lain Desa Kuro, Bangsal, Ulak Depati, Pulau Layang, Menggeris, Pampangan, Secondong, dan Pulau Betung. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dan melibatkan seluruh dokter hewan serta Paramedik Veteriner se-Kabupaten OKI.
Kerbau Pampangan, plasma nutfah khas Kabupaten OKI, saat ini menghadapi ancaman serius berupa penyakit SE atau Ngorok. Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI bersama berbagai pihak terkait bergerak cepat untuk mencegah kepunahan hewan ikonik ini.
Upaya pelestarian dilakukan melalui sosialisasi, edukasi, dan vaksinasi. Selain itu, Inseminasi Buatan dan Transfer Embrio juga menjadi solusi penting dalam meningkatkan populasi Kerbau Pampangan. Dukungan UPTD Perbibitan dan Hijauan Pakan Ternak serta manajemen penanganan penyakit dan bangkai yang efektif juga menjadi faktor kunci dalam keberhasilan pelestarian ini.
Perjuangan untuk menyelamatkan Kerbau Pampangan dari kepunahan masih panjang. Namun, dengan komitmen dan kolaborasi dari semua pihak, diharapkan hewan kebanggaan OKI ini dapat terus lestari dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang. ***