OKI, OborNusantara.com – Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Melalui Program Kampung Iklim (ProKlim), OKI berhasil meraih penghargaan Pembina ProKlim Teraktif 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Ini adalah kali keempat berturut-turut OKI mendapatkan pengakuan atas konsistensi dan keberhasilannya dalam membangun ketahanan iklim di tingkat tapak.
Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu global yang jauh dari keseharian. Dampaknya sudah terasa di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Banjir, kekeringan, cuaca ekstrem, dan kenaikan permukaan laut adalah beberapa contoh nyata ancaman yang ditimbulkan.
Menyadari urgensi masalah ini, pemerintah Indonesia meluncurkan Program Kampung Iklim (ProKlim). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim, sekaligus mendorong aksi nyata di tingkat lokal.
Kabupaten OKI telah menjadi salah satu daerah yang aktif dan berhasil dalam mengimplementasikan ProKlim. Berbagai inisiatif dan program telah dijalankan untuk membina kampung-kampung iklim di wilayahnya.
“Kami berupaya meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim,” ujar Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra OKI, Antonius Leonardo, usai menerima penghargaan. “Ini adalah bukti komitmen kami untuk membangun ketahanan iklim di OKI.”
Penghargaan Pembina ProKlim Teraktif yang diterima OKI bukanlah sekadar pengakuan atas prestasi. Lebih dari itu, penghargaan ini menjadi motivasi untuk terus berinovasi dan meningkatkan upaya dalam menghadapi tantangan iklim yang semakin kompleks.
“Penghargaan ini adalah wujud apresiasi KLHK terhadap upaya OKI dalam melaksanakan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” kata Antonius. “Kami berharap ini dapat mendorong lebih banyak pihak untuk bersama-sama mengatasi dampak perubahan iklim, sehingga bisa memastikan terjadinya keberlanjutan kehidupan dengan lingkungan yang terjaga bagi generasi mendatang.”
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) OKI, Aris Panani, menjelaskan bahwa aksi adaptasi dan mitigasi merupakan dua strategi kunci dalam menghadapi perubahan iklim. Aksi adaptasi bertujuan untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim, seperti pengendalian banjir dan kekeringan. Sementara itu, aksi mitigasi bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama perubahan iklim.
“Kampung-kampung ProKlim di OKI telah melaksanakan berbagai aksi adaptasi dan mitigasi,” ujar Aris. “Misalnya, penanaman pohon, pengelolaan sampah, dan penggunaan energi terbarukan.”
Tahun ini, Pemkab OKI kembali membina 10 desa ProKlim baru. Desa-desa ini tersebar di berbagai kecamatan, antara lain Mesuji, Pedamaran Timur, Kota Kayuagung, dan Tanjung Lubuk. Dengan demikian, semakin banyak masyarakat yang terlibat dalam upaya membangun ketahanan iklim di OKI.
“Kami berharap dengan semakin banyaknya desa ProKlim, kesadaran masyarakat untuk mengendalikan perubahan iklim akan semakin tinggi,” kata Aris. “Ini adalah upaya kolektif yang melibatkan komunitas masyarakat serta pemangku kepentingan di desa.”
Penghargaan Pembina ProKlim Teraktif yang diraih OKI untuk keempat kalinya berturut-turut adalah bukti nyata komitmen dan keberhasilan kabupaten ini dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Melalui ProKlim, OKI telah menunjukkan bahwa aksi nyata di tingkat lokal dapat memberikan dampak signifikan dalam membangun ketahanan iklim.
Upaya OKI dalam membina kampung-kampung iklim, melaksanakan aksi adaptasi dan mitigasi, serta memperluas jaringan ketahanan iklim patut diapresiasi dan menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia. OKI telah membuktikan bahwa dengan kepemimpinan yang kuat, inovasi, dan kolaborasi yang erat dengan masyarakat, kita dapat membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dan lestari. Di tengah ancaman perubahan iklim yang semakin nyata, OKI berdiri tegak sebagai benteng hijau, menjaga harapan akan bumi yang lebih baik bagi generasi mendatang. ***