Palembang, oborsumatra.com – Dinas Kearsipan Sumatera Selatan (Sumsel) berkerjasama dengan Bank Sumselbabel dan Arsip Nasional Republik Indonesia (Anri) menggelar Focus Group Discussion (FGD) “Diorama Sumatera Selatan Sebagai Memori Kolektif Daerah” di The Excelton Hotel Palembang, Rabu (9/11).
Hadir diantaranya Gubernur Sumsel H Herman Deru, Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn, budayawan Sumsel Vebri Al Lintani, Kepala Arsip Nasiona RI Drs Imam Gunarto yang diwakili oleh Deputi Bidang Konservasi Arsip Dr Kandar M.AP, Direktur Utama Bank SumselBabel Achmad Syamsudin, sejarawan Sumsel Dedi Irwanto , Syafruddin Yusuf, Farida R Wargadalem, seniman Ali Goik, Komunitas sejarah, Robi Sunata, kalangan akademisi dan perwakilan dinas dan OPD.
Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn mengapresiasi kegiatan tersebut.
“Ini merupakan terobosan yang sangat bagus untuk memperkenalkan arsip atau lembaga menjelaskan secara seluruhnya berdasarkan data dan fakta, mudah-mudahan dengan adanya diorama dan suguhan dan sentuhan Dinas Kearsipan yang memuat sesuatu berdasarkan data dan fakta masyarakat Sumsel semakin cerdas ,” katanya.
Selain itu masyarakat Sumsel menurutnya akan lebih mengetahui cerita dan data-data di Sumsel secara benar.
“Jadi jangan sampai masyarakat percayaa pada cerita hoaks atau percaya dengan pernyataan yang tidak ada dasarnya,” katanya.
Gubernur Sumsel H Herman Deru (HD) menilai Diorama adalah sejenis benda miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau suatu adegan.
“Kita perlu sepakati, bahwa di FGD ini para narasumber dapat menyampaikan info secara blak-blakan tanpa ada ketersinggungan bagi pihak manapun. Sekaligus mendiskusikan tentang berbagai sejarah di Sumsel seperti terbentuknya pemerintahan juga tentang Kerajaan Sriwijaya,” ujarnya.
HD mengimbau masyarakat yang memiliki dokumentasi atau catatan terkait sejarah yang ada di Sumsel juga berpartisipasi untuk memberikan informasi tersebut kepada Pemprov Sumsel melalui Dinas Kearsipan.
Disamping itu, HD harapkan agar ada juga pembahasan dan publikasi tentang sejarah pempek di Sumsel. Hal ini untuk menegaskan pempek yang telah resmi berasal dari Palembang setelah didaftarkan oleh dirinya secara legal di Kemenkumham.
“Kita juga perlu mematenkan berbagai sandang dan pangan asal Sumsel agar menjadi warisan kearifan lokal bagi generasi seterusnya,”tandasnya.
Kepala Kearsipan RI diwakili Deputi Bidang Konservasi Arsip RI, Dr. Kandar, M.AP., mengapresiasi penyelenggaraan kearsipan di Sumsel yang telah mendapat predikat sangat baik. Selain itu, apresiasi karena Sumsel adalah Provinsi kedua setelah Yogyakarta yang berinisiatif membangun Diorama.
Kadis Kearsipan Sumsel, Prof Edwar Juliartha, katakan kegiatan ini dilakukan untuk menyamakan persepsi terkait isu dan minat pada diorama. Selain itu juga untuk menggalang masukan dalam pembuatan diorama sejarah Sumsel dalam rangka mewujudkan masyarakat pembelajar yang berkarakter dan berbudaya.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari, yaitu 9-10 November 2022. Diikuti oleh kurang lebih 200 peserta yang berasal dari tokoh dan komunitas sejarah, sejarahwan, budayawan.
Dalam kesempatan tersebut Budayawan Sumsel Vebri Al Lintani menyerahkan buku Simbur Cahaya kepada Gubernur Sumsel H Herman Deru disusul Direktur Utama Bank SumselBabel Achmad Syamsudin menyerahkan buku Meniti Buih di Tengah Badai dan Menyambut Pagi Matahari Baru.
“Bank SumselBabel adalah aset daerah, sehingga sejarahnya dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul Meniti Buih di Tengah Badai dan Menyambut Pagi Matahari Baru. Buku ini kita serahkan kepada Dinas Kearsipan Sumsel agar dapat dimanfaatkan,” kata Achmad Syamsudin.