14 Kasus Aktif Cacar Monyet di Jakarta, 12 Pasien di Antaranya Idap HIV

banner 468x60

Jakarta, Oborsumatra.com —Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan temuan 14 kasus cacar monyet atau monkeypox (mpox) di Jakarta. Dari 14 kasus yang teridentifikasi, 12 pasien di antaranya mengidap HIV.

“Kondisi penyakit penyerta dari 14 (kasus), itu 12 HIV,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi per virtual, Kamis (26/10/2023).

Bacaan Lainnya
banner 300250

Sementara itu, wilayah luar DKI Jakarta tak melaporkan temuan kasus cacar monyet. Selain mengidap HIV, pasien cacar monyet melaporkan gejala lainnya, seperti sifilis dan hipertensi.

“Di samping HIV ada sifilis 5, tapi ada satu orang hipertensi,” jelasnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan karakteristik pasien cacar monyet berusia 25-39 tahun. Adapun metode penularan kemungkinan besar dari kontak seksual.

“Semua (pasien) laki-laki 100 persen. Metode penularan kemungkinan besar belum terbuka tapi kontak seksual. Orientasi seks paling banyak LSL 86%. Hetero dan biseksual ada tapi paling banyak LSL,” terangnya.

“(Sebanyak) 14 itu semua ada kontak seksual. Jadi orang yang berhubungan seks dengan banyak pasang dan ganti-ganti itu risiko tertular mpox. Terutama laki-laki yang lakukan seks dengan sejenis,” sambungnya.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta melaporkan total kasus cacar monyet atau monkeypox (mpox) bertambah menjadi 15 orang. Seluruh kasus itu tertular melalui kontak seksual.

Update monkeypox DKI Jakarta per 25 Oktober 2023 jam 20.00 WIB, kasus positif total 15 orang, semua tertular dari kontak seksual,” kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama dalam keterangan tertulis, Kamis (26/10/2023).

Ngabila menjelaskan, dari 15 kasus, 14 kasus cacar monyet masih berstatus aktif dan diderita laki-laki. Ngabila menyebut 14 kasus tersebut mengalami gejala ringan serta menjalani isolasi di rumah sakit.

Kasus positif mpox pertama ditemukan pada Agustus 2022. Kasus kemudian terus bertambah seiring dengan dilakukannya penelusuran kontak.

Pada 13 Oktober 2023 kasus positif bertambah satu, 19 Oktober 2023 bertambah satu kasus, 21 Oktober 2023 bertambah lima kasus, dan 23 Oktober 2023 bertambah dua kasus positif. Kemudian pada 24 Oktober bertambah tiga kasus dan 25 Oktober bertambah dua kasus. (hst/net)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *