NGANJUK, oborsumatra.com – Tingkat inflasi nasional masih didominasi oleh inflasi kelompok volatile food akibat adanya pengaruh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan baik domestik maupun internasional.
Di Sumatera Selatan (Sumsel) sendiri komoditas pada kelompok ini kerap kali menjadi penyumbang utama inflasi, khususnya komoditas bawang merah, cabai merah, daging ayam ras, dan bawang putih.
Guna memastikan pasokan komoditas bawang merah di wilayah Sumsel tetap terjaga, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumsel beserta TPID Kabupaten/Kota se-Sumsel melakukan kunjungan kerja ke Jawa Timur pada 13-14 September 2023.
Kegiatan tersebut turut dihadiri Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel, Ricky P. Gozali. Sejalan dengan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), Bank Indonesia mengharapkan kunjungan ini dapat mendorong kerja sama antar daerah dalam rangka menjaga pasokan komoditas penyumbang inflasi di Sumatera Selatan.
Mewakili Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Jawa Timur Dr. Didik Chusnul Yakin SSos MSi menyambut rombongan Pemerintah Daerah Provinsi Sumsel di Ballroom 10 November, Hotel Santika Gubeng Surabaya.
Dalam sambutannya pada acara “Focus Group Discussion (FGD) Peluang Kerja Sama Antar Daerah (KAD) Provinsi Sumatera Selatan dengan Provinsi Jawa Timur”, Kepala Biro Didik menyambut positif inisiasi pelaksanaan KAD ini.
“Kegiatan ini bisa menjadi momentum untuk penyerapan hasil panen khususnya komoditas bawang merah sehingga dapat menstabilkan harga komoditas saat musim panen,” kata dia.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumsel yang pada kesempatan tersebut diwakili oleh Asisten II Setda Provinsi Sumsel, H Dharma Budhy SH ST MT menyampaikan bahwa saat ini di wilayahnya masih ketergantungan pasokan bawang merah dari Jawa, utamanya Brebes.
“Tekstur rasa dan bentuk fisik yang khas membuat bawang merah dari Jawa sangat diminati oleh masyarakat Sumsel. Berbagai upaya budidaya komoditas bawang merah di Sumsel telah dilakukan pada sejumlah daerah,” ujar dia.
Setidaknya terdapat 6 (enam) wilayah percontohan pengembangan komoditas bawang merah yakni Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Musi Rawas, Muara Enim, Ogan Komering Ulu Timur, dan Lahat. Namun, hasil produksi keenam wilayah tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Sumsel yang diperkirakan mencapai 23.000 ton/tahun.
Kegiatan FGD, Rabu (13/09) menghadirkan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Rizki Ernadi Wimanda, dan Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Ir Irita Rahayu Aryati MMA sebagai narasumber.
Pada kesempatan tersebut disampaikan berbagai upaya yang dilakukan oleh TPID Provinsi Jawa Timur dalam pengendalian inflasi di wilayahnya, termasuk program peningkatan nilai tambah dan upaya optimalisasi lahan pertanian di tengah fenomena El Nino.
Melihat potensi produksi komoditas bawang merah Jawa Timur yang surplus dengan lebih dari 40% pasokan berasal dari Kabupaten Nganjuk, rombongan Pemerintah Daerah Sumsel, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel, dan para distributor bawang merah Sumsel melanjutkan kunjungan lapangan ke sentra bawang merah di Desa Pandean, Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk dalam rangka inisiasi KAD komoditas bawang merah Kamis, (14/09).
Ke depan, kegiatan ini diharapkan tidak hanya mampu memenuhi pasokan komoditas bawang merah di Sumsel tetapi juga mampu mendorong transfer pengetahuan teknologi pertanian untuk optimalisasi produksi bawang merah di Sumsel. (Hendra)