PALEMBANG, oborsumatra.com – Sesuai dengan rilis inflasi Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada bulan Agustus 2023 mengalami deflasi sebesar -0,04% (mtm), dari sebelumnya tercatat inflasi sebesar 0,29% (mtm) pada bulan Juli 2023. Deflasi ini terutama bersumber dari deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar -0,60% (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, realisasi inflasi gabungan 2 Kota IHK Provinsi Sumatera Selatan tercatat sebesar 3,19% (yoy). Realisasi inflasi Sumatera Selatan ini berada di bawah inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,27% (yoy).
Deflasi pada bulan laporan utamanya disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil -0,19% (mtm).
Lima komoditas penyumbang deflasi pada kelompok ini adalah komoditas bawang merah, daging ayam ras, cabai merah, jeruk, dan telur ayam ras dengan andil masing-masing sebesar -0.102%;-0,099%;-0,040%;-0,035%; dan -0,024% (mtm). Penurunan harga bawang merah disebabkan oleh jumlah pasokan yang meningkat akibat masa panen raya serentak di daerah sentra produksi.
Secara historis, masa panen raya komoditas bawang merah ini terjadi pada bulan Agustus-Oktober setiap tahunnya. Selanjutnya, deflasi pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras disebabkan oleh normalisasi harga dan penurunan permintaan akan komoditas tersebut. Sementara deflasi pada komoditas jeruk terjadi seiring dengan periode panen raya jeruk yang umumnya terjadi pada bulan Juli sampai dengan September tiap tahunnya.
Meskipun mengalami deflasi pada bulan laporan, namun kewaspadaan perlu untuk dijaga, terutama pada kenaikan harga yang didorong oleh kebijakan penyesuaian harga BBM non subsidi per 1 September 2023 yang dapat mendorong perkembangan harga komoditas lainnya.
Selanjutnya, tarif angkutan udara dan angkutan antar kota juga diprakirakan akan mengalami peningkatan seiring libur Hari Raya Maulid Nabi Muhammad SAW pada akhir bulan September 2023.
Namun demikian, inflasi diperkirakan akan tertahan oleh periode panen raya padi yang diprakirakan akan terjadi pada bulan September 2023 sehingga terjadi peningkatan pasokan beras.
Keberhasilan dalam menjaga tingkat inflasi pada kisaran target 3,0±1% (yoy) merupakan hasil dari usaha koordinatif Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumsel dengan strategi 4K; Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif.
Dalam konteks ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga, tim telah melakukan sidak dan monitoring pasar, pelaksanaan vaksinasi untuk penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak di wilayah Sumsel, perluasan penanaman bawang merah di daerah sentra, serta pelaksanaan rapat koordinasi antisipasi dampak El Nino di Sumatera Selatan.
Pemantauan keterjangkauan harga juga dilakukan melalui kegiatan Pasar Murah di beberapa wilayah Kab/Kota di Sumatera Selatan termasuk pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM), serta optimalisasi gerakan tanam rumah tangga baik di lingkungan kantor Pemda maupun rumah tangga.
Selain itu, untuk memastikan kelancaran distribusi komoditas telah dilakukan pengembangan infrastruktur yang dapat meningkatkan aksesibilitas dan menurunkan biaya transportasi dan penyusunan surat imbauan kepada Direktur Pengelola Angkutan Kota dari Dinas Perhubungan terkait penarikan biaya penumpang sesuai aturan.
Selanjutnya, komunikasi yang efektif dilakukan diantaranya melalui kegiatan rapat koordinasi rutin Pengendalian Inflasi bersama Kemendagri dan melakukan publikasi kegiatan pengendalian inflasi diantaranya publikasi jadwal GPM dan himbauan belanja bijak kepada masyarakat melalui media massa, media sosial, maupun media elektronik.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi pada bulan Agustus 2023 masih tercatat optimis ditunjukkan dari angka indeks yang lebih besar dari 100. Jika dibandingkan dengan kondisi pada bulan sebelumnya, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE), Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat mengalami peningkatan masing-masing menjadi 132,00; 149,44; dan 140,72.
Peningkatan ini merupakan sinyal positif bagi perekonomian Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia semakin membaik dan konsumen semakin optimis terhadap prospek ekonomi di masa depan, baik dari aspek kegiatan usaha, investasi, peningkatan penghasilan, maupun ketersediaan lapangan kerja.
Sejalan dengan itu, sebagai langkah lanjutan untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Agustus 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%.
Deputi Kepala Perwakilan BI Sumsel, M Latif mengatakan bahwa Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan mitra strategis lainnya.
Salah satunya terkait koordinasi dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) yang terus dilanjutkan melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah,” pungkas dia. (Jean)